Senin, 29 Oktober 2012

PENGARUH PENGGUNAAN ONGGOK DAN ISI RUMEN SAPI DALAM PAKAN KOMPLIT TERHADAP PENAMPILAN KAMBING PERANAKAN ETAWA

Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Islam Malang
RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penggunaan onggok
& isi rumen sapi (OIRS) dalam pakan komplit terhadap penampilan kambing
peranakan etawah (PE). Penelitian dilaksanakan di kandang perobaan Fakultas
Peternakan, UNISMA, Malang. Digunakan rancangan acak kelompok dengan
memakai 12 ekor kambing PE jantan berbobot badan 23,5 – 30,8 kg terbagi
menjadi 3 kelompok, dikandangkan individu selama 65 hari, dan diberi pakan
komplit. Pakan perlakuan didasarkan pada kebutuhan akan nutrisi bagi ruminansia
dengan protein kasar maksimal 14% dan serat kasar minimal 12%. Formulasi
penggunaan campuran OIRS dalam pakan sebagai berikut : R0 = 0% , R1 = 10% ,
R2 = 20%, dan R3 = 30%. Penampilan yang diamati meliputi parameter konsumsi
pakan, kecernaan pakan dan P, B, B; data yang diperoleh dianalisis menggunakan
sidik ragam dan uji BNJ. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan
OIRS dalam pakan komplit berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi,
kecernaan pakan, dan P, B, B. Adapun rataan konsumsi pakan (BK) = 1012,51 ±
8,04 g/ekor/hari, KcBK sebesar (63,94 ± 0,77)%, KcBO = 65,69 ± 1,13 %, KBOT
= 613,041 ± 84,955 g/ekor/hari, PBB= 75,88 ± 4,06 g/ekor/hari. Disimpulkan
bahwa penggunaan OIRS dalam pakan kambing PE sebesar 30% merupakan level
optimum dan efisien dengan pertambahan bobot badan sebesar 71,92 g/ekor/hari.
Kata Kunci : OIRS , pakan komplit, performans kambing
THE EFFECT USE OF ONGGOK & COW RUMEN BOWEL
IN COMPLETE FEED ON THE PERFORMANCE OF ETAWAH
CROSSBREED GOAT
SUMMARY
The aim of this experiment was to analyze the effect of use onggok and
cow rumen bowel (OCRB) in complete feed on the performance of Etawah
Crossbreed Goats (ECG), and was conducted at the Faculty of Animal Husbandry,
Islamic University of Malang. The experiment used randomized block design,
using 12 Etawah Crossbreed Goats which had body weight 23,5 – 30,8 kg in 3
blocks. The goats were put in individual cages for 65 days and given complete
feed. The treatment feed was arranged based on nutrient requirements for
ruminants-crude protein max. 14% and crude fiber min.12%. Formulations of
OCRB in feed given were: R0= 0%, R10= 10%, R20= 20% and R30= 30%. The goat
performance which were observed included feed intake, digestible nutrient and
body weight gain, and the data obtained was analyzed by covariance and BNJ test.
The result of statistical analysis showed that the use of OCRB in complete feed
2
was significant (P<0.05) for IDM, DDM, DOM, IDOM and BWG. In daily intake
rate: IDM= 1012.51 ± 8.04 g/head, DDM = 63.94 ± 0.77 %, DOM = 65.69 ± 1.13
%, IDOM= 613.041 ± 84.955 g/head, and BWG=75.88 ± 4.06 g/head. It was
concluded that OIRS in complete feed can be used 30% for goats which it was
optimal and efficient with body weight gain of 71.82 g/ head/day.
Key Words: OIRS , complete feed, performance of goat.
PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk menekan biaya pakan dapat dilakukan dengan
mencari bahan pakan alternatif yang relatif murah dan tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan pemanfaatan limbah
organik hasil pertanian dan limbah industri olahannya antara lain kulit kacang,
bungkil biji-bijian, pollard, ampas tahu, dan campuran onggok & isi rumen sapi
sebagai sumber serat pengganti hijauan pakan.
Pakan hijauan dan bahan berserat sebagai pakan basal bagi ruminansia
akan difermentasi oleh mikroba rumen sehingga menghasilkan asam lemak
terbang sebagai sumber energi dan pasokan rantai karbon serta sebagian
mengandung substansi tanin kondensasi untuk proteksi protein terhadap
fermentasi rumen. Karena adanya keterbatasan memproduksi pakan hijauan
terutama terjadi pada musim kemarau dan karena menyempitnya lahan akibat
meluasnya penggunaan lahan terutama untuk pemukiman dan pembangunan yang
lain, perlu dicari bahan pakan alternatif utamanya berupa limbah pertanian atau
hasil sampingan dari pengolahan bahan hasil tanaman pangan untuk mengurangi
pakan hijauan dalam upaya penyediaan ransum ternak potong seperti kambing
melalui pemanfaatan limbah organik onggok dan isi rumen sapi (OIRS) dalam
pakan komplit
3
Onggok sebagai hasil sampingan pembuatan tepung tapioka selain
harganya murah, tersedia cukup, mudah didapat, dan tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia. Menurut Rasyid dkk. (1996), onggok merupakan bahan
sumber energi yang mempunyai kadar protein kasar rendah, tetapi kaya akan
karbohidrat yang mudah dicerna (BETN) bagi ternak serta penggunaannya dalam
ransum mampu menurunkan biaya ransum. Lebih jauh isi rumen sapi (IRS)
merupakan limbah organik dari rumah potong hewan dan sampai saat sekarang
bahan ini masih menimbulkan masalah rumit dan mengganggu kebersihan
lingkungan.
Kandungan nutrien tercerna dalam IRS cukup tinggi karena belum terserap
oleh usus halus sehingga nutriennya tidak berbeda dengan bahan bakunya, bahkan
mengandung asam amino essensial dari protein mikroba sehingga IRS
memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk pakan ruminansia sebagai pengganti
hijauan (Kosnoto, 1999). Salah satu metode biologi yang dikembangkan untuk
meningkatkan kecernaan bahan kering pakan adalah dengan memanipulasi
ekosistem rumen dengan cara penambahan bahan carbonaseus consentrate seperti
onggok yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi fermentasi di dalam rumen
sehingga degradasi serat kasar dan sintesis protein mikrobial maksimal serta
meminimalkan produk metan, degradasi protein, biohidrogenasi asam lemak tidak
jenuh, dan fermentasi pati dalam rumen.
Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, perlu dikaji potensi limbah
organik OIRS serta level OIRS dalam ransum yang memberikan respon terbaik
terhadap penampilan kambing, yang menyangkut konsumsi, kecernaan pakan, dan
pertumbuhan kambing peranakan etawah (PE). Maka, dilakukanlah penelitian
4
tentang pengaruh penggunaan onggok & isi rumen sapi (OIRS) dalam pakan
komplit terhadap penampilan kambing peranakan etawah ini.
MATERI DAN METODE
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kambing PE jantan
sebanyak 12 ekor berbobot badan berkisar 23,5–30.8 kg, pakan yang tersusun dari
campuran OIRS, bekatul, jagung kuning, bungkil kelapa, bungkil biji kapok,
pollard, kulit kacang, kulit biji kelapa, tongkol jagung, molases, urea, dan mineral.
Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan
dilanjutkan dengan analisis kimia untuk bahan pakan, sisa pakan dan feses di
Laboratorium Pusat Universitas Islam Malang selama 65 hari. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri atas empat perlakuan dan tiga
ulangan dengan bobot badan awal sebagai peragam. Perlakuan yang diberikan
adalah tingkat penggunaan campuran onggok dan IRS (1: 2) dalam pakan komplit,
yang disusun sebagai berikut: R0 = Ransum tanpa menggunakan OIRS, R1 =
Ransum dengan menggunakan OIRS sebesar 10%, R2 = Ransum dengan
menggunakan OIRS sebesar 20%, dan R3 = Ransum dengan menggunakan OIRS
sebesar 30%.
Tabel 1. Komposisi Nutrisi asfed dalam Pakan Perlakuan
No Nutrisi pakan ( %) R0 (0%) R1(10%) R2(20%) R3(30%)
1 Bahan Kering (BK) 88.73 87.56 87.25 87.03
2 Bahan Organik (BO) 82.33 80.76 80.15 79.73
3 Protein kasar (PK) 11.56 11.14 10.73 10.31
4 Serat kasar (SK) 12.68 13.08 15.09 16.30
5 Lemak kasar (LK) 03.67 03.61 03.55 03.49
Pemberian pakan harian dan air minum dilakukan pada pukul 07.00 dan
13.00 WIB secara ad libitum. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap:
adaptasi dalam kandang dan terhadap pakan selama 15 hari, pendahuluan untuk
5
menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya selama 5 hari, serta koleksi data
selama 45 hari. Peubah yang yang diukur meliputi konsumsi bahan kering (KBK),
kecernaan pakan (KcBK dan KcBO), konsumsi bahan organik tercerna (KBOT),
dan pertambahan bobot badan (PBB). Data kemudian dianalisis statistik dengan
menggunakan sidik peragam dan dilanjutkan dengan Uji BNJ untuk mengetahui
perbedaan pengaruh antarperlakuan (Yitnosumarto, l993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis penggunaan OIRS dalam pakan komplit bagi kambing PE
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap KBK, kecernaan pakan (KcBK dan KcBO),
KBOT, dan PBB (Tabel 1).
Tabel 2. Rataan konsumsi BK pakan, KCBK dan KCBO,
KBOT, dan PBB.
Kec.Nutrien
Perlakuan 1) Konsumsi BK
pakan
(g/ekor/45
hari)
KCBK (%) KCBO(%)
KBOT
(g/ekor/45 hari)
PBB
(g/ekor/45 hari)
R0 1020.553*2)
1030.083 a 3)
64.716*
64.723 a
66.827*
66.581 a
633.202*
636.055 a
79.77*
80.536 a
R1 1015.593*
1014.056 a b
64.023*
64.021 a b
66.266*
66.306 a
620.755*
620.295 ab
77.54*
77.423 a b
R2 1017.883*
1010.813 a b
63.628*
63.623 b
65.111*
65.294 a b
608.989*
606.872 ab
74.39*
73.819 a b
R3 996.016 *
995.094 b
63.423*
63.423 b
64.590*
64.614 b
589.217*
588.941 b
71.82*
71.746 b
Keterangan : * Data sebenarnya sebelum dikonversi peragam bobot badan awal.
1. Ransum tanpa menggunakan OIRS sebagai control (R0), Ransum yang
menggunakan 10% OIRS (R1), Ransum yang menggunakan 20% OIRS
(R2), dan Ransum yang menggunakan 30% OIRS (R3)
2. Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama, berbeda nyata
(P<0,05)
Konsumsi bahan kering dan KBO yaitu diperoleh dengan pengurangan
pakan yang diberikan dan sisa pakan dikalikan %BK atau %BO pakan. Pakan
percobaan merupakan pakan komplit meliputi bahan pakan kering udara homogen
sehingga padat gizi, praktis, dapat dibuat dalam stok banyak dan dapat disimpan
lama. Selain itu, ransum bentuk kering mengakibatkan kambing mengkonsumsi
air minum.
6
Konsumsi pakan baik KBK dan KBO pakan berbeda. Hal ini memberikan
informasi bahwa palatabilitas pakan percobaan berbeda; semakin tinggi
penggunaan OIRS maka palatabilitas pakan bagi kambing mengalami penurunan
meskipun bahan pakan sudah difermentasi. Adanya respon konsumsi pakan yang
berbeda disebabkan karena kandungan dan kualitas gizi pakan menurun terutama
serat kasar meningkat dan nutrisi tercerna dan aroma menurun sehingga
palatabilitas rendah yang mengakibatkan konsumsi pakan menurun baik KBK dan
KBO dan KBOT. Selain itu, keragaman konsumsi pakan disebabkan oleh status
ternak dan bobot badan bervariasi dengan ternak yang lebih besar mengkonsumsi
pakan lebih banyak; hal ini berhubungan dengan kapasitas tampung lambung
berbeda.
Menurut Arora (1983), konsumsi pakan dipengaruhi oleh laju pencernaan
pakan dan tergantung pada bobot badan ternak dan kualitas pakan. Salah satu
sifat limbah organik yang berkualitas rendah adalah tingginya kandungan
lignosellulose yang sulit dicerna ruminansia. Tingginya serat kasar dalam pakan
merupakan faktor pembatas lamanya waktu pencernaan sehingga akan
mempengaruhi laju pencernaan dan akhirnya menurunkan konsumsi pakan.
peningkatan konsumsi pakan bagi ternak selaras dengan meningkatnya kualitas
dan kecernaan pakan yang diberikan, sedang kecernaan pakan tergantung dari
kandungan serat yang tidak mampu dimanfaatkan ternak (Soebarinoto, 1991).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KBK harian pakan untuk semua
perlakuan sudah di atas 3% BB yaitu berkisar antara 885,95-1110,47 g/ekor/hari
(3,65–3,89 %BB). Tingginya nilai KBK pakan ini dapat disebabkan oleh rate
outflow nutrisi pakan dari rumen tinggi akibat bentuk pakan halus dan kecernaan
pakan cukup tinggi. Peningkatan laju pengosongan isi rumen akan merangsang
7
kambing untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak. Suhu kandang rendah ratarata
26,5oC merangsang ternak mengkonsumsi pakan banyak, karena sebagian
energi pakan yang terfermentasi digunakan untuk pemanasan tubuh dalam
penyetaraan dengan suhu lingkungan.
Rataan konsumsi pakan pada R0 sampai R3 menurun secara statistik antara
R0, R1 dan R2 responsnya sama tetapi berbeda dengan R3 yang menggunakan
OIRS sebanyak 30%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang menggunakan 10 -
20% OIRS mempunyai kualitas yang sama dengan pakan control. Selain itu, R3
tidak berbeda dengan R1 dan R2 tetapi berbeda dengan pakan tanpa penggunaan
OIRS. Nilai konsumsi pakan tinggi pada percobaan ini selain disebabkan oleh
bentuk pakan lebih halus juga karena bentuk kering udara menyebabkan kambing
sering mengkonsumsi air sehingga membantu proses hidrolisis, laju kecernaan
pakan serta pengosongan isi lambung cepat mengakibatkan konsumsi pakan
meningkat.
Selanjutnya Honing dan Alderman (1988) menyatakan bahwa konsumsi
1kg BOT akan menghasilkan energi sebesar 15,6 MJ ME atau setara dengan 3,728
Mcal = 3728 ME kkal (1 kalori = 4,184 Joule). Rataan KBOT pada perlakuan R0 ,
R1 , R2 dan R3 berturut-turut adalah 633,202 ; 620,755 ; 608,989; dan 589,217
g/ekor/hari atau 54,172; 52,358; 50,944; dan 49,744 g/kgBM/hari. Hal ini berarti
bahwa konsumsi BOT setara konsumsi energi ME sebesar 2360,577; 2314,175;
2270,310; dan 2196,601 kkal/ekor/hari atau konsumsi TDN berturut-turut sebesar
652,814 ; 639,982 ; 627,851; dan 607,467 g/ekor/hari.
Tingginya konsumsi energi, ketersediaan NPN dan rantai karbon hasil
fermentasi bahan organik cukup pada pakan kontrol. Maka, proses sintesis protein
mikroba jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pakan lain. Protein mikroba
8
merupakan sumber protein bagi tubuh ternak untuk meningkatkan pertumbuhan
bersama bahan metabolit lain.
Penggunaan OIRS dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBB
kambing, hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan kandungan dan kecernaan
bahan organik terutama nitrogen dalam pakan akibatnya nutrisi yang terkonsumsi
berbeda sehingga kecepatan pertumbuhan yang diindikasikan melalui PBB.
Semakin tinggi penggunaan OIRS dalam pakan maka PBB kambing tidak besar
dan diperoleh rataan berkisar antara 71,82 – 79,77 g/ekor/hari, nilai ini lebih besar
jika dibandingkan dengan standar NRC PBB sebesar 0,5 kg/ekor/ hari, sedang
menurut Devendra dan Burns (1994) rataan PBB kambing jantan sebesar 54 gram
dan pada kondisi optimum maka PBB kambing unggul mencapai 84 g/ ekor/hari,
hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberikan telah memenuhi kebutuhan
untuk hidup pokok dan kelebihan nutrisi berikutnya digunakan produksi dan PBB.
Pertambahan bobot badan tertinggi pada R0 tetapi tidak berbeda dengan R1
dan R2 dan sebagai pola peningkatan PBB dalam penelitian ini yaitu dari R0
diikuti R1, R2 dan R3. Fenomena ini seiring dengan variabel KBOT pakan, hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak konsumsi BOT maka semakin banyak pula
nutrisi dapat diserap dan dimanfaatkan sintesis jaringan tubuh sehingga
menghasilkan PBB makin besar. Pertumbuhan ternak meningkat sejalan dengan
meningkatnya konsumsi nutrien tercerna akibat kecernaan nutrisi pakan yang
hampir sampai dengan level 20%. Prawirokusumo (1994) menyatakan pasokan
nutrisi pakan untuk bahan metabolit bagi ternak ruminansia berasal dari hasil
fermentasi nutrisi oleh mikroba rumen, komponen tercerna dari biomassa mikroba
rumen serta nutrisi pakan by pass dari degradasi oleh mikroba rumen kemudian
tercerna dan diserap di usus halus.
9
Tingginya PBB hasil penelitian ini diduga disebabkan oleh sintesis protein
mikroba dalam rumen berlangsung sangat efektif karena sumber karbohidrat
terlarut dari onggok sudah mencukupi dan sumber nitrogen berasal dari NPN yang
digunakan sebesar 1%. Selain itu, diduga masih ditambah asam amino pakan yang
dapat diserap di dalam usus halus untuk pertumbuhan sel. Hubungan kadar protein
dan energi dalam pakan yang optimal dapat memperbaiki konsumsi dan kecernaan
pakan yang diserap untuk pertumbuhan dan produksi ternak (Oldham dan Smith,
1982). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Martawidjaya dkk. (1990) bahwa
suplementasi tepung gaplek dalam pakan rumput gajah dan bungkil biji kapuk
dapat meningkatkan pertumbuhan domba hampir dua kali lipat, karena adanya
peningkatan energi dalam pakan yang berasal dari tepung gaplek yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan ternak.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
campuran OIRS dalam pakan komplit sebanyak 30% dapat mengoptimalkan
penampilan baik konsumsi dan kecernaan pakan dengan pertambahan bobot badan
kambing PE jantan sebesar 71.92 g/ekor/hari.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Peternakan
UNISMA dan Ketua LPPM Universitas Islam Malang yang mendukung dan
memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini serta para mahasiswa dengan tekun ikut
serta dalam proyek penelitian sampai selesai.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S.P. l983. Microbial Digestion in Ruminants. India Council Agricultural
Research.New Delhi.
Devendra, C. and Burns, M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit
ITB Bandung. (Terjemah oleh D.K.H. Putra)
Ensminger, M.E., J.E. Oldfield, and W.W. Heinemann. 1995. Feed and Nutrition.
The Ensminger Publishing Company. Clovis, California.
Honing, Y.V.D. and G. Alderman. 1988. Ruminants. In : Livestock Production
Science 19 : 217-278. Elsivier Science Publishers B.V. Amterdam.
Kosnoto, M. 1999. Teknologi Limbah Rumen untuk Pakan dan Pupuk Organik.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga, Surabaya.
Martawidjaja, M., A. Wilson dan B. Sudaryanto. 1990. Suplementasi Gaplek
dalam Ransum yang Menggunakan Rumput Gajah dan Bungkil Biji
Kapuk
Untuk Pertumbuhan Domba. Jurnal Ilmu dan Peternakan BPT Bogor.
Oldham, J.D. and Smith, T. 1982. Protein–Energy Interrelationships for Growing
and Lactating Cattle. In : Protein Contributions of Feedstuffs.E.L. Miller
and A.J.H.Van Es (Eds.) Butterworth Scientific. London, Wellington,
Durban and Toronto.
Rasyid, G., A. B. Sudarmadji, dan Sriyana. 1995. Pembuatan dan Pemanfaatan
Onggok sebagai Pakan Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Karangploso. Malang.
Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. l99l. Ilmu Gizi Ruminansia. Universitas
Brawijaya. Animal Husbandry Project Malang.
Yitnosumarto, S. l990. Percobaan, Perancangan, Analisis dan Interpretasinya,
Universitas Brawijaya, Program MIPA, Malang

1 komentar:

  1. Casino Sites with a Curacao Review 2021
    Casino Sites 브라 벗기기 with a Curacao Review 2021. Check the 룰렛 전략 latest bonus codes, game 축구 중계 해외 사이트 유니 88 variety, payment 넥스트벳 methods and promotions.🏆 Top Casino Bonus: C🥇 Top Mobile Casino: Betway🏆 Top Casino Bonus: 22Bet🏆 스포츠배팅 Top Casino Deposit Bonus: 100% Match Bonus

    BalasHapus